Gunung Kelud Meletus, Sejarah Letusan Gunung Kelud

on Jumat, 14 Februari 2014
 Gunung Kelud adalah salah satu gunung api aktif dengan ciri letusan yang eksplosif. Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Sejak tahun 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia. Sejarah panjang letusannya telah mencatatkan ribuan korban jiwa, meski dampaknya belum seluar biasa letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat ataupun Gunung Krakatau di Selat Sunda yang mengguncang dunia.

gunung kelud (wongkediri.net)


Letusan Gunung Kelud 

Sejak abad ke-15, letusan Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. 

Berdasarkan catatan, letusan Gunung Kelud yang paling banyak menelan korban adalah letusan pada 1586, dengan lebih dari 10.000 orang jadi korban tewas.
 
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. 

Letusan 1919 termasuk yang paling mematikan. Aliran lahar mencapai
38 km menelan korban 5.160 jiwa dan merusak sampai 15.000 hektar lahan produktif.

Pada tahun 1990 letusan Gunung Kelud berlangsung selama 45 hari, material vulkanik yang dilontarkan letusan Gunung Kelud mencapai 57,3 juta meter kubik. Lahar dinginnya mengalir sampai 24 kilometer melewati 11 sungai yang berhulu di Gunung Kelud.  
Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah Gunung Kelud.

Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh.

Sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.

Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.

Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.

Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.

Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).


Volume danau kawah Gunung Kelud menyusut dan praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi genangan air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.

Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai terjadi di akhir tahun 2013. 

Status Gunung Kelud dinaikkan menjadi Siaga pada 10 Februari 2014, dan kemudian Awas pada 13 Februari 2014 pukul 21.15 WIB.

Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 diprediksi akan terjadi setelah hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Gemuruh terdengar hingga kota Jombang.

Letusan 2014 telah dideteksi oleh PVMBG dan ditanggapi dengan peningkatan status menjadi Waspada (level II). Pada tanggal 10 Februari status meningkat menjadi Siaga (Level III). Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan manusia. 

Pada tanggal 13 Februari pukul 21 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Belum sempat pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).

Terowongan Ampera

Upaya untuk menyusutkan volume danau kawah Gunung Kelud sudah dilakukan dengan pembangunan terowongan pembuangan air.  

Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan.
Proyek pertama dibangun pada masa pemerintahan kolonial, pada 1926. Terowongan tersebut dibangun setelah letusan Gunung Kelud meletus pada 1919 yang menewaskan tak kurang dari 5.160 orang. 

Terowongan yang dibangun pemerintah kolonial tersebut sempat tertutup material vulkanik pada letusan 1966 meski lolos dari kerusakan akibat letusan pada 1951.

Terowongan pengalir air dari danau kawah buatan 1926 masih berfungsi sampai sekarang. 

Setelah letusan 1966, Pemerintah Indonesia membangun terowongan baru yang lokasinya 45 meter di bawah terowongan lama. 




Terowongan baru selesai dibangun pada 1967 dan diberi nama Terowongan Ampera. Fungsinya menjaga volume air danau kawah tak lebih dari 2,5 juta meter kubik.

Terowongan Ampera sempat tersumbat pada letusan 1990, dan revitalisasinya baru rampung pada 1994.

sumber: wikipedia

0 komentar:

Posting Komentar