Erupsi Gunung Kelud, Data dan Fakta Seputar Gunung Kelud

on Jumat, 14 Februari 2014
tribunnews
      


Menjelang tengah malam, tepatnya sekitar pukul 22.50, warga masyarakat di sekitar Kabupaten Kediri dan Blitar dikejutkan oleh letusan dahsyat Gunung Kelud hanya satu jam setelah ditetapkan statusnya menjadi awas. Gunung yang sudah menunjukkan peningkatan aktifitas sejak beberapa hari sebelumnya ini akhirnya meletus setelah terakhir meletus tahun 2007 lalu. 

Menurut beberapa rekan, gemuruh suara letusan Gunung Kelud bahkan terdengar hingga sekitar kota Yogyakarta yang jaraknya kurang lebih 250 km dari Gunung Kelud. Di pusat letusan Gunung Kelud diwarnai semburan lava pijar serta lontaran abu dan kerikil hingga jarak puluhan kilometer ke atas langit serta sambaran kilat menyala-nyala. Material vulkanik yang dilontarkan dari dalam perut bumi melalui kawah Gunung Kelud membubung tinggi ke langit dan tersebar ke beberapa wilayah. Hujan abu vulkanik bahkan diberitakan sampai ke
daerah Jawa Barat dan Bali.

Penerbangan ke beberapa kota besar dihentikan dan bandara ditutup total, termasuk Yogyakarta dan Solo yang terselimuti abu cukup tebal. Penerbangan di bandara Juanda Surabaya dan Ngurah Rai Bali juga sempat tertunda.  

Data, Fakta dan Legenda Gunung Kelud

Gunung Kelud merupakan gunung api bertipe strato (berbentuk mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras). 

Lokasi Gunung Kelud berada di 7 derajat 56 menit Lintang Selatan dan 112 derajat 18 menit 30 detik Bujur Timur. 

Gunung Kelud memiliki ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut.

Puncak-puncak Gunung Kelud yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba.

Puncak Kelud merupakan puncak yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di sisi selatan.

Letusan Gunung Kelud pada Kamis malam merupakan letusan eksplosif. Ciri letusan eksplosif Gunung Kelud setidaknya diketahui sejak 1901. 

Terakhir Gunung Kelud meletus sebelum Kamis ini adalah pada 3-4 November 2007 yang merupakan letusan efusif (aliran magma), memunculkan kubah lava di tengah lokasi yang dulu adalah danau kawah Gunung Kelud. Merujuk ungkapan mantan Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, letusan 2007 adalah anomali. 
 
Catatan tentang letusan Gunung Kelud terlacak sejak tahun 1000, seperti termuat dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia yang diterbitkan Kementerian Energi, Sumber Daya Alam, dan Mineral pada 2011.

Pada 1990, letusan eksplosif terakhir sebelum letusan Kamis malam, setidaknya 200 juta ton meter kubik material padat terlontar dari kawah Gunung Kelud. Sebagai pembanding, letusan Gunung Merapi pada 2010 "hanya" melontarkan 150 juta meter kubik material padat.


Objek Wisata Gunung Kelud

Gunung Kelud telah menjadi obyek wisata Kabupaten Kediri dengan atraksi utama kubah lava. Sejak tahun 2004 akses jalan darat telah diperbaiki untuk mempermudah para wisatawan serta penduduk menuju kawasan puncak Gunung Kelud.

Di puncak Gajahmungkur dibangun gardu pandang dengan tangga terbuat dari semen. Di malam akhir pekan, sekitar kubah lava diberi penerangan lampu berwarna-warni. Selain itu, telah disediakan jalur panjat tebing di puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox.

Tindakan Kabupaten Kediri membangun kawasan wisata ini mendapat protes dari Kabupaten Blitar, yang menganggap wilayah puncak Kelud merupakan wilayahnya. Sengketa wilayah ini terutama meruncing setelah turunnya Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/113/KPTS/013/2012 yang menyatakan bahwa kawasan puncak Kelud merupakan wilayah Kabupaten Kediri.

Legenda Gunung Kelud

Adanya Gunung Kelud tak lepas dari legenda cerita rakyat di sekitar Jawa Timur yang mempengaruhi budaya dan adat sekitar daerah itu. Dikisahkan kala itu Dewi Kilisuci, anak putri Jenggolo Manik yang terkenal akan kecantikannya, dilamar dua orang raja. 

Namun sang pelamar bukanlah berasal dari bangsa manusia, makhluk berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro bersaing dengan makhluk berkepala kerbau bernama Mahesa Suro, keduanya adalah raja.

Dongeng Dewi Kilisuci

Dewi Kilisuci berniat menolak lamaran tersebut dengan membuat sayembara yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa, yaitu membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud, yang satu harus berbau amis dan yang satu lagi harus berbau wangi. Keduanya harus selesai dalam satu malam yang ditandai sampai ayam berkokok.

Dengan kesaktian kedua makhluk tersebut, sayembara tersebut disanggupi Mahesa Suro dan Lembu Suro. Setelah berkerja semalaman, kedua-duanya berhasil menyelesaikan tugas dalam sayembara. Dewi Kilisuci, yang sejak awal berniat menolak, masih belum mau diperistri dan mengajukan satu permintaan lagi. Dewi Kilisuci meminta Kedua raja tersebut membuktikan bahwa sumur yang mereka buat benar benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus masuk ke dalam sumur.

Terpedaya oleh rayuan sang Dewi, keduanya pun masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tersebut. Begitu mereka sudah berada di dalam sumur, Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu dan mengunci Lembu Suro dan Mahesa Suro, maka matilah keduanya. Tetapi sebelum mati, Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan. "Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung!" (Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau.

Dalam versi lain diceritakan, di Jawa Timur ada seorang raja bernama Brawijaya yang memiliki seorang putri cantik nan jelita, banyak lelaki yang ingin meminangnya. Namun sayang, syarat yang diajukan terlalu berat. Konon, hanya seorang pemuda berkepala lembu yang sanggup memenuhi syarat itu, Lembu Sura namanya.
Lelaki itulah yang mampu merentang busur Kyai Garudayeksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima, ia pun memenangi sayembara untuk dapat memperistri sang putri Raja, Dyah Ayu Pusparani.

Sang Putri mulai cemas, berharap mendapat laki yang gagah perkasa nan elok wajahnya, ia justru mendapat seorang laki-laki yang meski sakti, memiliki paras lembu. Akhirnya, sebagai syarat terakhir Dyah Ayu merancang syarat yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang biasa, lelaki itu disuruhnya membuat  sumur di puncak gunung Kelud dalam waktu semalam. "Buatkan aku sumur di puncak Gunung Kelud. Air sumur itu akan kita pakai mandi berdua setelah selesai upacara perkawinan,” kata sang Putri


Tak menolak, Lembu Sura segera pergi ke puncak Gunung Kelud dengan dibantu makhluk-makhluk halus suruhannya. Dengan kesaktiannya, Lembu Suro hampir menyelesaikan pembuatan sumur, Sang Putri ketakutan, Raja Brawijaya nelangsa. Akhirnya, tidak ingin anaknya menderita, Raja Brawijaya memerintahkan seluruh bala tentara Majapahit untuk mengubur Lembu Sura di sumur itu.

Lembu Sura dikubur, dengan batu, pasir, dengan segala apa yang bisa menimbun dirinya di dalam sumur buatannya.  Lembu Suro pun berikrar,  akan mendatangkan bencana dalam dua windu sekali untuk daerah kekuasaan Raja Brawijaya (sekitar Kediri) 




Dari legenda ini akhirnya ada kepercayaan di kalangan masyarakat lereng Gunung Kelud, jika Gunung Kelud meletus warga menganggap hal itu adalah amukan Lembu Sura untuk membalas dendam, maka warga menyediakan sesaji sebagai tolak bala supah itu yang disebut Larung Sesaji. Acara adat ini digelar setahun sekali pada tanggal 23 bulan Suro oleh masyarakat Sugih Waras. Tapi khusus pelaksanaan tahun 2006 sengaja digebyarkan oleh Bupati Kediri untuk meningkatkan pamor wisata daerahnya. Pelaksanaan acara ritual ini juga menjadi wahana promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan untuk datang ke Kediri.
 
*dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar