Apa Gunanya Memilah Sampah? Konsep 3R Reduce, Reuse, Recycle
Diposting oleh
author
di
06.22
Di
mana saja, setiap hari manusia melakukan kegiatan yang menghasilkan
sampah. Mulai dari sampah dapur, bungkus makanan, peralatan mandi sampai
barang-barang yang tak terpakai di rumah. Bayangkan proses semacam ini
dilakukan oleh hampir semua orang di kota anda. Oke, tidak perlu pusing
membayangkannya, luangkan waktu anda sebentar melihat tempat penampungan
sampah terdekat dari rumah anda. Benda bau menjijikkan itu adalah apa
yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga di Indonesia (belum sampah
yang dihasilkan industri).
Lalu
kemana perginya tumpukan sampah yang bisa memenuhi rumah tersebut
setiap harinya? Kita mengenal TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah
dengan sistem
penimbunan darat. Seperti namanya, sampah ditimbun begitu saja di tempat
yang disediakan, TPA Bantar Gebang contohnya. Pengelolaan sampah model
seperti ini sudah tidak sesuai dengan kondisi lingkungan kita. Coba lakukan pencarian gambar di google dengan kata kunci "rubbish landfill".
Sampah yang ditimbun akan berdampak secara langsung pada lingkungan.
Pencemaran tanah, air, udara dapat kita rasakan secara langsung di
sekitarnya. Di beberapa negara memang timbunan sampah di TPA
dimanfaatkan secara terintegrasi dengan sistem pembangkit energi.
Masalahnya, jumlah sampah yang terus bertambah semakin lama mungkin akan tidak tertampung.
Seperti
masalah-masalah lainnya, masalah sampah ini harus diselesaikan dari
sumbernya, dimana dalam kasus ini sumbernya adalah kita sendiri.
Reduce, atau pengurangan merupakan titik krusial dalam pengelolaan
sampah. Kita cenderung
asal membuang benda yang kita pikir tidak butuhkan lagi ke dalam satu tempat sampah. Kalau
kita bisa mengurangi sampah
sebanyak-banyaknya dari sumbernya, maka beban pengelolaan sampah publik
juga akan berkurang. Kalau kita bisa mengurangi sampah
sebanyak-banyaknya dari sumbernya, maka beban pengelolaan sampah publik
juga akan berkurang. Bila sampah dapat ditekan mulai dari sumbernya,
kita bisa menghemat dana yang cukup besar untuk biaya angkut sampah ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang porsinya bisa mencapai 50% dalam
proses pengelolaan sampah. Di Indonesia rata-rata biaya pengelolaan sampah baru 20 ribu rupiah, sedangkan idealnya 100 ribu rupiah per bulan. Sampah
yang diangkut oleh dinas kebersihan harusnya sampah yang tidak mudah
lapuk alias tidak berbau. Jadi ada kesalahan di awal pembuangan sampah. Di negeri kita sendiri pengelolaan sampah berkonsep 3R baru 7%.
Disinilah
proses pemilahan sampah berperan. Pada dasarnya, sampah bukan merupakan
sesuatu yang benar-benar tidak punya manfaat. Sampah hanya membutuhkan
perlakuan yang berbeda pada setiap jenisnya. Sampah organik seperti
dedaunan, pemanfaatannya yang paling populer digunakan sebagai bahan
baku pupuk kompos atau biogas. Sampah semacam ini cukup ditimbun dalam tanah karena
dapat diuraikan oleh bakteri pengurai dan bermanfaat bagi tanah. Limbah
rumah tangga seperti sisa makanan juga bisa dikelola dalam skala kecil
dengan memasukkannya pada lubang biopori. Sampah jenis inilah yang
menimbulkan bau tak sedap jika bercampur di tempat pembuangan. Selain itu, pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Untuk
sampah non organik, cukup banyak kategorinya, kebanyakan dapat digunakan
kembali atau didaur ulang. Sampah jenis ini menimbulkan manfaat ekonomi
jika dijual atau ditabung di bank sampah.
Menteri lingkungan hidup merilis skema model TPS3R untuk skala kawasan Kota dengan nilai investasi sekitar 800 juta rupiah
Kebiasaan kita dalam membuang sampah adalah
ujung awal dari pengelolaan sampah. Sampah yang terkumpul berdasarkan jenis,
membuatnya lebih mudah untuk dikelola. Pengelolaan sampah model ini
dapat dilakukan pada tingkat individu maupun komunitas. Kota Surabaya
menjadi contoh model pengelolaan sampah berkonsep 3R. Dinas kebersihan
kota Surabaya mencatat penurunan yang signifikan pada volume sampah yang
masuk ke TPA, dari yang dulunya 2300 ton per hari menjadi 1200 ton per
hari. Konsep 3R akan berjalan bila sampah yang dipilah dengan benar.
Dengan begitu, kita bisa memberikan manfaat pada sampah dan bisa
mengambil keuntungan alih-alih mencemari lingkungan.
Kegiatan
memilah sampah di rumah, sudah menjadi budaya di beberapa negara maju,
salah satunya Jepang. Di Jepang, sampah-sampah nonorganik selalu
dipisahkan sebelum dibuang, bahkan kulit jeruk saja dipisahkan
sebelum di buang. Di Denmark tersedia vending machine yang menerima sampah botol plastik atau kaleng minuman, memilahnya dan langsung mencairkan uang.
Masyarakat Swedia juga gemar memilah sampah, bahkan untuk jenis sampah
padat, mereka harus memilahnya ke dalam 14 jenis wadah yang berbeda. 14
jenis wadah itu terdiri dari wadah untuk kardus, koran, kertas
perkantoran, plastik, makanan, metal, kantong belanja, botol kaca, tiga
jenis bohlam di tiga tempat berbeda, alat elektronik dan baterai.
Alam
memberikan banyak kepada kita, setidaknya kita harus melakukan hal yang
sama kepada alam.
Dari berbagai sumber
Dari berbagai sumber
Bagaimana Cinta Melumpuhkan Logika
Andreas Bartels dan Semir Zeki dalam The Neural Basis of Romantic
Love di Neuroreport Volume 11 Nomor 17 Tahun 2000 menyebutkan, saat
jatuh cinta, bagian otak depan yang disebut korteks prefrontal yang
mengatur logika menjadi tumpul. Sebaliknya, bagian otak yang
mengendalikan emosi menguat. Kuatnya ikatan emosional saat rasa cinta
muncul membuat kemampuan seseorang dalam menilai orang lain melemah.
"Cinta
memang tidak rasional karena ia adalah letupan perasaan emosional yang
dibalut oleh berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan untuk menyayangi
ataupun ingin disayangi." kata Taufiq Pasiak, Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, Manado dan Sekretaris Jenderal Masyarakat
Neurosains Indonesia.
Munculnya cinta tidak bisa
direncanakan dan tidak bisa dihindari. Perasaan itu juga sulit
dikendalikan, apalagi dihilangkan. Semakin dalam seseorang memendam
cinta, rasa cinta akan semakin muncul menggebu-gebu. Namun tindakan
seseorang setelah munculnya rasa cinta bisa dikendalikan. "Pengendalian
menuntut pengakuan diri bahwa seseorang sedang jatuh cinta." kata
Pingkan CB Rumondor, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Bina
Nusantara.
Pengendalian tindakan saat merasakan
cinta dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada. Di sinilah penilaian
atas rasa cinta yang muncul pada diri dilakukan, seperti, apakah orang
yang kita cintai juga mencintai kita atau apakah rasa cinta itu jatuh
pada orang yang tepat tanpa melanggar norma dan budaya.
Untuk
bisa menilai cinta yang muncul, seseorang memerlukan perasaan bahwa
dirinya berharga. Artinya, apapun hasil penilaian itu, apakah cintanya
diterima atau justru bertepuk sebelah tangan, maka dirinya tetap
berharga. Penolakan tidak mengurangi harga dirinya.
Kehadiran
berbagai emosi negatif seperti sakit hati, sedih, galau, depresi, atau
rasa tidak diterima dan dihargai akibat penolakan cinta, termasuk saat
diputuskan cinta adalah perasaan yang wajar. Emosi tersebut bahkan bagus
secara psikologi, terlalu cepat move on justru tidak sehat karena
perasaan sedih yang muncul akan terselubungi dan bisa mengganggu
hubungan berikutnya.
"Cinta itu ada gairah, keintiman
dan komitmen. Cinta membuat dua individu tetap menjadi dirinya sendiri,
tetapi sama-sama saling peduli" kata Pingkan. Orang yang melakukan
tindak kekerasan karena masalah dalam hubungan cintanya kemungkinan
disebabkan karena perasaan yang lebih mengemuka adalah rasa kecewa,
marah, merasa tidak dihargai atau malah karena tidak bisa menghargai
diri sendiri. Itu bukan cinta.
Saat amarah muncul, lelaki umumnya melampiaskan dengan tindakan fisik, pada kondisi ini, bagian otak yang lebih aktif adalah sistem limbik yang mengontrol emosi bekerja sama dengan bagian otak yang mengatur sistem motorik. Pada perempuan, saat murka melanda, bagian otak yang lebih aktif adalah girus singulat (cingulate gyrus), yaitu otak sadar yang merupakan bagian dari korteks prefrontal. Ini adalah bagian otak untuk berpikir rasional, bukan sistem limbik yang juga dimiliki otak binatang. Karena itu, kemarahan pada perempuan biasanya berwujud mata mendelik, tidak menggunakan tubuhnya untuk melakukan kekerasan.
Penghargaan atas diri adalah modal bagi
hadirnya cinta yang tidak emosional. "Hilangnya
rasionalitas yang tergantikan oleh agresivitas untuk mempertahankan diri
adalah bentuk pertahanan diri yang paling primitif pada makhluk hidup"
ujar Taufiq. Rasional akan tumpul jika orang terbiasa dengan aturan
"pokoknya..." tanpa menjelaskan alasan di balik setiap aturan yang
diberlakukan. Untuk membangun rasionalitas seharusnya dimulai sejak
dini, dengan cara mengajarkan untuk melogika sesuatu yang ada di
sekitarnya, termasuk tindakannya.
"Rasionalitas yang
muncul akan mendorong seseorang mencintai sewajarnya, bukan serakah
terhadap cinta. Cinta yang sewajarnya hanya bisa diperoleh jika
seseorang juga memiliki benci yang sewajarnya. Jika cinta dan benci
berlebihan, yang muncul adalah malapetaka," ujar Taufiq.
Bentuk
cinta yang paling rendah adalah mengagumi, hanya terikat pada keindahan
saja. Sedangkan cinta yang paling tinggi adalah penyatuan diri hingga
saling meniadakan identitas diri dengan yang dicintai.
Sumber: Kompas
Puncak Bukit Sikunir Dieng, Golden Sunrise di Desa Tertinggi Pulau Jawa
Sikunir adalah salah satu bukit tertinggi di kawasan Dieng Plateau. Dengan ketinggian kurang lebih 2350 mdpl kita bisa menikmati indahnya momen terbitnya matahari dengan latar Gunung Sindoro-Sumbing. Karena hal itu juga bukit ini terkenal dengan gelar golden sunrise Sikunir, yang menurut desas-desus merupakan salah satu spot melihat sunrise terbaik di Jawa.
Bukit Sikunir berlokasi di sebuah desa bernama Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Desa berjuluk desa tertinggi di Pulau Jawa ini berada di
Langganan:
Postingan (Atom)